Pangkalan Bun
- Mengenal kota kelahiranku
Menurut perkembangannya, Pangkalan Bun sebelumnya dikenal sebagai Pangkalanbuun dan merupakan pelabuhan ("pangkalan") di tepi Sungai Buun. Kota ini merupakan tempat kedudukan Pangeran Ratu (raja) Kerajaan Kotawaringin, setelah istana di Kotawaringin Lama ditinggalkan pada tahun 1841. Istana di Pangkalan Bun biasa dikenal sebagai Istana Kuning. Pangeran Ratu (raja) Kerajaan Kotawaringin kedudukannya sejajar dengan Sultan Muda/Pangeran Mahkota di Kesultanan Banjar namun levelnya satu tingkat di bawah dari Sultan Banjar.
2. Makanan khas Pangkalan Bun
Rasanya belum lengkap ke Pangkalan Bun tanpa merasakan sensasi kerupuk basah dan tempe bakar. Kerupuk basah sebenarnya adalah adonan kerupuk yang belum dipotong dan dijemur. Biasanya adonannya dibuat dari tepung terigu, ikan gabus cincang, bawang putih. Kerupuk basah ini dinikmati dengan sambal. Teksturnya kenyal.
Ada juga menu tempe bakar dengan rasa manis pedas. Satu potong tempe dipotong memanjang dan ditusuk dengan tusuk sate. Rasanya itu enak banget loh...
3. Kota dengan bundaran (alun-alun) terbanyak
(Bundaran Pancasila)
Merupakan bunderan yang paling populer di Pangkalan Bun. Terletak di simpang lima Jalan Malijo – Jalan Pasir Panjang – Jalan HM. Rafii – Jalan Iskandar – Jalan Pemuda. Dinamakan Bunderan Pancasila karena di tengahnya menjulang tugu dengan patung Garuda Pancasila di puncaknya.
Pada sore hari, ke lima trotoar yang mengelilinginya ‘hidup’ dengan kehadiran sejumlah kafe tenda. Mulai dari hidangan utama sampai sekedar makanan ringan tersedia di sana. Mulai dari sate sampai ikan bakar, mulai dari jagung rebus sampai gorengan. Ditambah lagi dengan sudut mainan anak-anak dan asesoris. Rasanya tidak ada warga Pangkalan Bun yang tidak mengenalnya.
Bunderan ini juga merupakan pusat pertemuan warga pada hari-hari besar. Pada malam Tahun Baru rasanya semua warga tumplek blek di situ. Pada malam minggu dan malam senin, kafe-kafenya dipenuhi remaja dan yang mengaku masih remaja. Duduk-duduk sekedar menikmati kentang goreng dan pop ice dengan harga murah meriah.
(Bundaran Pangkalan Lima)
Terletak di pintu keluar kota menuju Sampit. Lebih besar daripada Bunderan Pancasila tapi kurang populer karena letaknya yang jauh di luar kota. Di tengah bunderan ada tugu yang bisa kita naiki sampai setengah puncaknya. Di bagian luar lantai dasar tugu, terdapat lukisan relief yang menggambarkan perjuangan dan sejarah terbentuknya Kabupaten Kotawaringin Barat.
(Bundaran Kalpataru)
Dibangun di persimpangan Jalan Diponegoro – Jalan Prakusumayudha – Jalan Ciwaringin, sebagai simbol keberhasilan Pangkalan Bun meraih piala Adipura selama empat tahun berturut-turut (tahun 2007 – tahun 2010).
(Bundaran Pramuka)
Awalnya dinamakan Bunderan Beringin karena di tengah-tengahnya tumbuh pohon beringin. Tapi sejak 2008 beringinnya dibongkar – sesuatu yang amat disayangkan – diganti dengan monumen bertuliskan Praja Muda Karana. Terletak di perempatan Jalan Pramuka – Jalan Bhayangkara – Jalan HM. Rafii – Jalan Ahmad Wongso.
(Bundaran Monyet)
Populer sebagai Bunderan Monyet meski halaman yang ada di tengah bunderan dihiasi patung orangutan. Letaknya di persimpangan Jalan Pasir Panjang – Jalan Kumai – Jalan Padat Karya – Jalan Raya Kubu. Kehadiran patung orangutan itu seolah merupakan salam selamat datang bagi para pelancong yang akan berkunjung ke Taman Nasional Tanjung Puting.
Selain bunderan-bunderan tadi, masih banyak bunderan lain yang menghiasi kota Pangkalan Bun – baik yang sudah berdiri maupun yang sedang dalam tahap pengerjaan. Misalnya Bunderan Jam di pertigaan Korindo yang dihiasi jam besar di tengah-tengahnya. Ada juga Bunderan Imanuel di depan Gereja Imanuel, Bunderan Arut dekat jembatan Sungai Arut sedang dalam tahap pengerjaan, dan Bunderan Jagung (yang puncaknya dihiasi patung jagung) di Pangkalan Lada.
Komentar
Posting Komentar